Sabtu, 08 Agustus 2015

Penanda Baru Swasembada Pangan (NOER FAUZI RACHMAN)

Menarik untk mencermati indikator pencapaian swasembada padi, jagung, dan kedelai.

Kepala Badan Sentra Statistik (BPS) Suryamin mengumumkan pd 1 Juli angka produksi padi pd 2015 adlh yg tertinggi 10 tahun terakhir. BPS memperkirakan produksi padi pd 2015 sebanyak 75,55 juta ton gabah kering giling, naik 4,70 juta ton (6,64 persen) diperbandingkan 2014. Kenaikan produksi padi pd 2015 diperkirakan terjadi di Pulau Jawa sebanyak 1,83 juta ton dan di luar Jawa 2,88 juta ton. Kenaikan produksi diperkirakan sebab kenaikan luas panen seluas 0,51 juta hektar (3,71 persen) dan kenaikan produktivitas 1,45 kuintal/ha (2,82 persen).

Produksi kedelai dan jagung jg naik. Produksi jagung tahun 2015 diperkirakan 20,67 juta ton pipilan kering , naik 1,66 juta ton (8,72 persen) diperbandingkan 2014. Peningkatan diperkirakan akibat kenaikan luas panen seluas 160.480 ha (4,18 persen) dan kenaikan produktivitas 2,16 kuintal/ha (4,36 persen). Produksi kedelai 2015 diperkirakan 998.870 ton biji kering , meningkat 43,87 ribu ton (4,59 persen) diperbandingkan 2014. Peningkatan terjadi sebab kenaikan luas panen seluas 24,67 ribu ha (4,01 persen) dan peningkatan produktivitas sebesar 0,09 kuintal/ha (0,58 persen).

Pilihan kebijakan

Pengumuman peningkatan produksi tiga komoditi pangan strategis ni menjadi penanda yg baik dari alternatif kebijakan dan kerja keras pemerintah, terlebih Kementerian Pertanian, dlm mengasah produktivitas dan frekuensi penanaman, membetuli infrastruktur produksi, dan menyebarkan alat dan mesin perlengkapan pertanian (alsintan).

Terbukti mengisi kekurangan stok nasional untk padi, jagung, dan kedelai bisa dijalankan dgn mengerahkan tenaga produktif sendiri, terlebih para petani pertanian pangan, dan mencegah impor yg berimbas pd efek penciptaan ekonomi rente yg dinikmati oleh pemain dlm rantai perdagangan internasional komoditi pangan.

Para promotor impor pangan selalu menyajikan bahwa kekurangan stok pangan perlu diisi dgn impor. Pada kenyataannya, yg justru terjadi adlh para pemain perdagangan internasional komoditi panganlah yg turut menyusun kebijakan impor komoditi pangan. Apabila pandangan itu terus dianut, kecanduan dan ketergantungan pd impor komoditi pangan menjadi tidak bisa diobati.

Kemampuan memproduksi dan memenuhi kebutuhan pangan adlh satu pilar tenaga negara. Dalam Nawacita, pembangunan pertanian dinaungi pendekatan kedaulatan pangan. Agenda konsepsional, kedaulatan pangan yaitu metode pandang mendasar pembangunan pangan yg bergantung pd kemampuan produktivitas nasional di atas tanah dan oleh produsen pangan terlebih petani. Kedaulatan pangan mengedepankan kepentingan pemenuhan kebutuhan dlm negeri supaya tercipta kemandirian dan ketahanan pangan nasional. Kedaulatan pangan memampukan kita memproduksi, mendistribusikan, dan mengonsumsi bahan pangan dari tanah/tangan bangsa sendiri.

Pemerintah berperan memutuskan kedaulatan pangan sebagai agenda prioritas dlm Bentang Pembangunan Demikian Menengah Nasional 2015-2019, seperti tertuang dlm Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yaitu: \\\"hak negara dan bangsa yg secara mandiri memutuskan kebijakan pangan yg menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yg memberikan hak bagi masyarakat untk memutuskan metode pangan yg cocok dgn potensi sumber tenaga lokal\\\".

Optimisme dan tantangan

Pencapaian swasembada padi, jagung, dan kedelai penting untk membangkitkan optimisme pencapaian swasembada pangan secara keseluruhan. Pada segi produksi, fokusnya adlh memutuskan penyaluran benih, pupuk, modal, dan alat mesin pertanian yg semakin baik mutu dan kuantitasnya, serta cocok jadwalnya dgn siklus penanaman.

Kita jg patut menemukan metode-metode manjur untk melindungi lahan pertanian pangan produktif dari derasnya arus konversi lahan ke nonpertanian. Sarana dan prasarana pertanian malahan telah terus dibetuli, terlebih bendungan dan saluran irigasi untk pengairan. Tantangan utama yg berat adlh pd pengadaan lahan pertanian bagi petani, termasuk untk komoditi padi melalui pencetakan sawah baru.

Masih belum bisa ditemukan kecocokan antara agenda program reforma agraria dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang dgn kebutuhan pengadaan lahan pertanian yg menjadi target layanan Kementan. Permulaan pula dgn pemanfaatan tanah untk pertanian yg berada dlm kawasan hutan negara, termasuk yg berada di dlm pengelolaan Perhutani.

Petani sebagai produsen pangan tidak boleh lagi menjerit sebab harga hasil pertanian pangan dihargai kelewat murah. Nilai Mei 2015, BPS mengumumkan indikator kesejahteraan petani yg belum membaik. Pengontrolan tukar petani (NTP) April 2015 di sektor tanaman pangan turun dari 102,03 menjadi 100,80 (minus 1,21), sementara indeks harga yg dibayarkan petani naik sedikit dari 118,15 ke 118,7. Agenda keseluruhan inflasi di kawasan pedesaan sebesar 0,48 sebab baiknya indeks semua klasifikasi konsumsi.

Tantangan berikutnya adlh aspek distribusi bahan makanan pokok yg menjadi hajat hidup rakyat banyak. Pola distribusi yg rantainya terlalu panjang dari produsen ke konsumen yg memunculkan ekonomi tarif tinggi pd komoditi sembako patut dipangkas. Pencaplokan margin profit yg terlalu berlebihan oleh nonprodusen dlm perdagangan pangan, termasuk yg berprofesi melalui impor pangan, patut dihentikan. Konsumen tidak boleh lagi berteriak sebab pangan harganya terlampau mahal.

Memasangkan hubungan Artis Top Dunia antara produsen dan konsumen pangan ni perlu dibatasi pemerintah sedemikian rupa sehingga tercapai keseimbangan satu sama lain. Dari sisi produsen, merasakan keadilan dan kesejahteraan. dari sisi konsumen, terpenuhi kebutuhan pangan berupa ketersediaan dgn harga yg relatif murah.

Sementara pemain di perdagangan pangan mendapatkan profit secukupnya tanpa menjadi spekulan dan pengendali yg semaunya saja mengendalikan harga di petani ataupun harga di konsumen. Alat pemerintah, termasuk nantinya melalui Badan Pangan Nasional, terlebih dialamatkan untk menempuh hubungan yg lebih seimbang itu.

NOER FAUZI RACHMAN

Ketua Dewan Pengarah Prakarsa Desa, peneliti Sajogyo Institute untk Dokumentasi dan Studi Agraria, dan Dewan  Konsorsium Pembaruan Agraria

Versi cetak artikel ni terbit di harian  edisi 16 Juli 2015, di halaman 7 dgn judul \\\"Penanda Baru Swasembada Pangan\\\".


Sent from my BlackBerry 10 telepon seluler on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar